14 Fakta Dan Mitos Tentang Tanaman Ganja

Masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mengetahui dengan pasti apa sebenarnya akibat yang ditimbulkan dari penggunaan ganja atau marijuana.  Mereka tidak pernah mendapatkan informasi yang benar dan jujur mengenai efek dari zat yang terkandung dalam ganja. Informasi yang mereka peroleh umumnya bersumber dari suatu penelitian ilmiah yang tidak lengkap dan hanya sepihak.


Ada banyak mitos yang keliru dan sangat menyesatkan di seputar tanaman ganja ini. Mitos yang negatif terhadap tanaman ganja telah lama menghantui alam pikiran masyarakat di Indonesia, bahkan di dunia. Oleh karena itulah maka ganja atau cannabis atau marijuana menjadi momok menakutkan yang kerap menghantui pikiran tiap orang apabila mendengarnya, terutama bagi orang tua yang memiliki anak-anak remaja yang baru tumbuh dewasa. Mereka takut jika anak, saudara, atau teman mereka terkena pengaruh untuk mengkonsumsi ganja.

Dari beberapa penelitian ilmiah di bawah ini (disertai dengan referensi) terbukti bahwa ganja bukanlah sesuatu yang berbahaya seperti apa yang di ketahui masyarakat selama ini. Berikut ini adalah beberapa bukti ilmiah yang mengungkapkan FAKTA yang sebenarnya dan sekaligus membantah MITOS atau angapan yang salah selama ini. 


1.
Mitos: Ganja dapat mengakibatkan kecanduan yang sangat tinggi.
Menggunakan ganja dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kecanduan secara fisik dan membutuhkan ahli terapis untuk bisa berhenti dari kebiasaan menggunakan ganja. 

Fakta: Kebanyakan pengguna ganja hanya menghisap ganja sesekali saja.
Penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa hanya sedikit orang-orang yang mengkonsumsi ganja, hanya sekitar 1 persen dalam sehari orang mengisap ganja dan hanya sedikit sekali yang mengalami ketergantungan. Seorang pengguna berat ganja dapat berhenti dengan mudah tanpa mengalami kesulitan. Ganja tidak menyebabkan ketergantungan fisik. Jika orang mengalami gejala putus ganja, mereka tidak akan mengalami masalah yang berarti.

2.
Mitos: Ganja yang diproduksi sekarang berpotensi lebih berbahaya di banding yang dulu.
Orang dewasa yang pernah menggunakan ganja di tahun 1960-an dan 1970-an tidak menyadari bahwa remaja sekarang menggunakan ganja yang jauh lebih berbahaya daripada yganja yang dahulu mereka konsumsi. 

Fakta: Ganja yang di konsumsi remaja sekarang adalah sama seperti yang pernah di gunakan remaja di tahun 1960 dan 1970 an.
Sample THC yang digunakan oleh Drug Enforcement Administration untuk menghitung adanya potensi peningkatan kadar psikoaktif tidak mewakili THC dari ganja yang secara umum tersedia saat ini. Data potensial dari tahun 1980-an sampai sekarang menunjukkan tidak adanya peningkatan rata-rata kadar THC dalam ganja. Walaupun jika dikatakan ganja berpotensi mengalami peningkatan, itupun belum tentu membuatnya menjadi lebih berbahaya. Marijuana cukup bervariasi secara substansial dalam potensi menghasilkan efek psikoaktif yang serupa.

3.
Mitos: Pelanggaran hukum atas penggunaan ganja dikenakan sangsi hukum yang ringan.
Hanya sedikit pengguna ganja yang di tahan di penjara. Perlakuan hukum yang lunak diterapkan kepada para pengedar dan pengguna ganja. 

Fakta: Penangkapan pengguna ganja di Amerika Serikat jumlahnya meningkat dua kali lipat antara tahun 1991 dan 1995.
Pada tahun 1995, lebih dari satu setengah juta orang ditahan karena pelanggaran ganja. Delapan puluh enam persen dari mereka ditangkap karena memiliki ganja. Puluhan ribu orang sekarang di penjara karena mengkonsumsi ganja. Mereka sebagian besar dihukum dengan hukuman masa percobaan, denda, dan sanksi perdata, termasuk penyitaan atas kepemilikan harta benda, SIM mereka dicabut, dan pekerjaan mereka berakhir. Meskipun di ancam dengan sanksi perdata dan pidana, ganja tetap saja tersedia dan banyak digunakan.

4.
Mitos: Ganja dapat merusak paru-paru lebih besar dibanding tembakau.
Orang yang mengisap ganja memiliki risiko tinggi terkena kanker paru-paru, bronchitis, dan emphysema. 

Fakta: Orang yang merokok ganja secara moderat sedikit terkena bahaya kerusakan pada paru-paru.
Seperti halnya asap rokok, asap ganja mengandung sejumlah iritasi dan karsinogen. Tapi pengguna ganja biasanya tidak terlalu sering mengisap ganja dibandingkan perokok tembakau dan ini menyebabkan perokok ganja menghirup asap jauh lebih sedikit.

Dampaknya, resiko kerusakan paru-paru bagi perokok ganja jauh lebih rendah dibanding perokok tembakau. Tidak ada laporan mengenai kangker paru-paru yang diakibatkan semata-mata karena sebab penggunaan ganja. Bahkan dalam studi besar yang disampaikan oleh American Thoracic Society tahun 2006, tidak di temukan bukti peningkatan resiko terkena kangker paru-paru bagi pengguna berat ganja. Tidak seperti perokok berat tembakau, pada perokok berat ganja tidak menunjukkan adanya penyumbatan jalan napas paru-paru. Itu menunjukkan bahwa orang yang merokok ganja tidak akan mengalami emfisema.

5.
Mitos: Ganja dapat menyebabkan kerusakan mental permanen.
Di antara remaja, bahkan yang jarang menggunakan ganja sekalipun bisa mengalami kerusakan psikologis. Selama mabuk, pengguna ganja menjadi tidak rasional dan sering tidak konsisten dalam bekerja. 

Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa ganja dapat menyebabkan kerusakan psikologis atau penyakit mental baik remaja atau orang dewasa.
Beberapa pengguna ganja mengalami tekanan psikologis setelah menggunakan ganja yang mungkin mencakup perasaan panik, gelisah, dan paranoia.

Pengalaman seperti itu bisa menakutkan, tapi efeknya hanya bersifat sementara. Dengan dosis yang sangat besar, ganja dapat menyebabkan psikosis toksik sementara. Ini pun jarang terjadi, walaupun ganja di konsumsi dengan cara di makan atau di hisap seperti rokok. Ganja tidak menyebabkan perubahan mendasar dalam perilaku seseorang.

6.
Mitos: Ganja tidak dapat digunakan sebagai obat.
Sudah tersedia obat-obatan yang lebih efektif dan aman. Obat-obatan tersebut termasuk produk sintetik THC yang dipasarkan di Amerika Serikat dengan nama Marinol. 

Fakta: Ganja terbukti efektif dalam mengurangi rasa mual pada pasien kemoterapi kanker, merangsang nafsu makan pada pasien AIDS, dan mengurangi tekanan intraokuler pada orang yang mengidap glaukoma.
Ada bukti yang cukup kuat mengatakan bahwa ganja dapat mengurangi kelenturan otot pada pasien dengan gangguan neurologis. Kapsul sintetis tersedia dengan resep dokter, tetapi untuk kebanyakan pasien kapsul tersebut tidak seefektif di banding dengan cara di hisap seperti rokok.

THC murni juga dapat menimbulkan efek samping psikoaktif yang tidak menyenangkan dibandingkan merokok ganja. Saat ini banyak orang yang menggunakan ganja sebagai obat meskipun illegal. Akibatnya mereka berisiko tertangkap dan di penjara.

7.
Mitos: Ganja adalah pintu gerbang menuju narkoba yang lebih berbahaya.
Meskipun ganja hanya sedikit mengakibatkan kerugian, ganja adalah zat berbahaya karena dapat menyebabkan penggunaan narkoba lain yang lebih berat seperti heroin, LSD, dan kokain. 

Fakta: Ganja tidak menyebabkan orang untuk menggunakan narkoba.
Teori “gateaway to drugs” muncul sebagai penjelasan kausal mengenai hubungan statistik antara narkoba secara umum. Asosiasi yang berubah dari waktu ke waktu terhadap narkoba berbeda pada peningkatan dan penurunan prevalensi. Ganja adalah narkoba yang paling populer di seluruh dunia saat ini.

Oleh karena itu, orang-orang yang sudah menggunakan narkoba seperti heroin, kokain, dan LSD, cenderung ingin menggunakan ganja juga. Kebanyakan pengguna ganja tidak pernah menggunakan obat terlarang lainnya. Memang, bagi sebagian besar orang ganja adalah terminus daripada sebagai gateaway drugs.

8.
Mitos: Bahaya ganja telah terbukti secara ilmiah.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, banyak orang percaya bahwa ganja itu tidak berbahaya. Sampai hari ini yang kita tahu bahwa ganja jauh lebih berbahaya daripada alcohol dan tembakau.

Fakta: Setelah meninjau pada bukti ilmiah tahun 1972, Komisi Nasional Penyalahgunaan Ganja dan Narkoba (National Commission on Marihuana and Drug Abuse) menyimpulkan bahwa selama ini bahaya ganja terlalu dibesar-besarkan.
Sejak saat itu ribuan penelitian dilakukan terhadap manusia, hewan, dan sel-sel tumbuhan. Dari penelitian tersebut tidak ada satupun temuan yang berbeda dari apa yang telah dijelaskan oleh Komisi Nasional tahun 1972. Berdasarkan pada tiga puluh tahun penelitian ilmiah dari jurnal kedokteran Inggris “Lancet” pada tahun 1995, dapat di simpulkan bahwa: “merokok ganja, walaupun dalam jangka panjang, tidak berbahaya bagi kesehatan.”

9.
Mitos: Ganja adalah penyebab Sindrom Amotivational.
Ganja membuat pengguna menjadi pasif, apatis, dan tidak tertarik pada masa depan. Siswa yang menggunakan ganja berprestasi rendah, dan pekerja yang menggunakan ganja menjadi tidak produktif.

Fakta: Selama dua puluh lima tahun, para peneliti telah gagal menemukan bukti bahwa ganja menyebabkan sindrom amotivational.
Orang yang mabuk terus-menerus (tanpa menyangkut-pautkan dengan narkoba), tidak akan mungkin menjadi anggota masyarakat yang produktif. Tidak ada satupun efek dari ganja yang dapat mengakibatkan seseorang hilang kendali dan ambisi. Dalam studi laboratorium, subyek yang diberi ganja dalam dosis tinggi selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tidak menunjukkan penurunan dalam motivasi kerja atau produktivitas.

Di antara orang dewasa yang bekerja, pengguna ganja cenderung mendapatkan upah lebih tinggi daripada non-pengguna. Mahasiswa yang menggunakan ganja memiliki nilai sama dengan yang bukan pengguna. Di antara siswa SMA, penguna berat ganja terkait dengan kegagalan sekolah, tetapi kegagalan sekolah biasanya datang sebelum siswa tersebut menggunakan ganja.

10.
Mitos: Kebijakan mengenai ganja di Belanda adalah sebuah kesalahan.
Hukum di Belanda yang memungkinkan orang membeli, menjual, dan menggunakan ganja secara terbuka, telah menyebabkan peningkatan penggunaan ganja, khususnya di kalangan remaja.

Fakta: Kebijakan hukum narkoba di Belanda adalah yang paling terbuka di Eropa.
Selama lebih dari dua puluh tahun, warga negara Belanda di atas usia 18 tahun telah diizinkan membeli dan menggunakan ganja dan hasish di kedai kopi yang diatur pemerintah. Kebijakan ini tidak berdampak pada peningkatan pengguna ganja. Untuk kelompok usia tertentu, tingkat penggunaan ganja di Belanda adalah sama dengan di Amerika Serikat. Namun, untuk remaja muda, tingkat penggunaan ganja lebih rendah di Belanda daripada di Amerika Serikat. Masyarakat Belanda sangat setuju dengan kebijakan ganja saat ini yang bertujuan untuk menormalkan dramatisasi atas penggunaan ganja. Pemerintah Belanda kadang- kadang merevisi kebijakan yang ada, tapi tetap berkomitmen untuk dekriminalisasi.

11.
Mitos: Ganja membunuh sel otak.
Apabila digunakan secara terus menerus, ganja dapat mengubah struktur dan fungsi otak secara permanen, menyebabkan kehilangan memori, gangguan kognitif, kerusakan kepribadian, dan menyebabkan berkurangnya produktivitas.

Fakta: Tidak pernah ada medical test yang digunakan untuk mendeteksi kerusakan otak pada manusia akibat mengkonsumsi ganja, bahkan dari penggunaan jangka panjang dengan dosis tinggi sekalipun.
Sebuah studi awalnya melaporkan adanya kerusakan pada otak kera setelah enam bulan di cekoki asap ganja berkonsentrasi tinggi. Baru-baru ini, dengan didasari penelitian yang lebih hati-hati, para ilmuan tidak menemukan bukti adanya kelainan otak pada monyet yang dipaksa untuk menghirup asap ganja setara 4-5 batang rokok ganja setiap hari selama setahun. Klaim bahwa ganja membunuh sel-sel otak adalah berdasarkan laporan spekulatif sejak seperempat abad yang lalu dan belum pernah didukung oleh studi ilmiah.

12.
Mitos: Ganja mengganggu memori dan Kognisi.
Di bawah pengaruh ganja, orang tidak mampu berpikir rasional dan cerdas. Pengguna ganja kronis akan mengalami penurunan mental secara permanen.

Fakta: Ganja mengakibatkan perubahan sementara dalam berfikir, persepsi, dan pengolahan informasi.
Proses kognitif yang paling jelas dipengaruhi oleh ganja adalah memori jangka pendek. Dalam studi laboratorium, subyek di bawah pengaruh ganja tidak mengalami kesulitan dalam mengingat hal-hal yang pernah mereka pelajari sebelumnya. Namun mereka menampilkan berkurangnya kapasitas untuk belajar dan mengingat informasi baru. Pengaruh berkurangnya daya ingat ini hanya berlangsung sementara saja. Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa penggunaan ganja untuk jangka panjang bisa mengganggu memori atau fungsi kognitif lainnya secara permanen.

13.
Mitos: Ganja penyebab kriminalitas.
Pengguna ganja cenderung melakukan kekerasan lebih dari non pengguna. Di bawah pengaruh ganja, orang menjadi tidak rasional, agresif, dan kasar.

Fakta: Ganja tidak menyebabkan tindak kejahatan.
Kalangan ilmuwan dan pemerintah meneliti hubungan antara penggunaan ganja dan kejahatan dan mereka telah mencapai kesimpulan yang sama bahwa: Ganja tidak menyebabkan kejahatan. Sebagian besar pengguna ganja tidak melakukan kejahatan lain selain kejahatan karena memiliki ganja. Pengguna ganja yang melakukan kejahatan bukan disebabkan oleh pengaruh ganja, melainkan karena faktor lain di luar ganja. Studi pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa ganja dapat merngurangi peningkatan agresi pada manusia.

14.
Mitos: Ganja mengganggu hormon seks pria dan wanita. Ganja dapat menyebabkan kemandulan pada pria dan wanita. Ganja memperlambat perkembangan seksual pada remaja. Ganja menghasilkan karakteristik feminin pada pria dan karakteristik maskulin pada perempuan.

Fakta: Tidak ada bukti bahwa ganja menyebabkan kemandulan pada pria atau wanita.
Dalam sebuah penelitian yang menggunakan hewan percaobaan, dosis tinggi THC mengurangi produksi beberapa hormon seks dan dapat mengganggu reproduksi. Namun, lebih banyak studi tentang manusia yang membuktikan bahwa ganja tidak memiliki pengaruh hormon seks. Studi tersebut menunjukkan dampak yang sederhana, sementara, dan tidak ada konsekuensi yang jelas terhadap proses reproduksi. Tidak pernah ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa ganja dapat memperlambat perkembangan seksual remaja dan mengakibatkan efek feminisasi pada laki-laki, atau efek maskulinisasi pada perempuan. 

1 komentar: