Filosofi Tirtha Pengentas
Tirta Pengentas atau (Pangetas;
Pangentas; Pengetas) adalah tirtha pamuput dalam upacara ngaben yang bertujuan
untuk memutuskan ikatan purusa dan pradana(prakerti) sang mati guna
dikembalikan kepada sumbernya.
Pada pelaksanaan pelebon dengan upacara ngaben yang besar, tali
pengikat purusa dan prakerti dilukiskan sebagai naga banda yang berarti naga
pengikat yang dalam Lontar Tutur Suksma ada disebutkan bahwa yang dimaksud naga
merupakan bayu atau energi yang muncul sebagai akibat menyatunya purusa dan
prakerti. Tanpa tirta pangentas itu, ikatan purusa dengan prakerti tak akan
bisa diputuskan.
Bagi orang-orang yogin, mereka telah dapat memutuskan sendiri
ikatan dengan kekuatan yoganya sehingga mereka bisa melakukan moksa angga
seperti dalam Kundalini Yoga yang apabila yoganya telah mencapai titik
kulminasi maka akan muncul panas dan dari panas inilah muncul api yang dapat
membakar stula sarira nya sendiri, sebagaimana yang dilakukan Ida Padanda Sakti
Wawu Rauh atau Danghyang Nirartha di Pura Uluwatu pada zaman dulu.
Itu sebabnya, tirta pangentas sangatlah prinsipil kehadirannya
dalam upacara ngaben.Bila ditinjau dari sisi materialnya, tirta pangentas tak
banyak berarti, namun dari sudut spiritual tirta inilah yang menentukan
berhasil atau tidaknya upacara ngaben dimaksudkan untuk mencapai tujuannya
sehingga seberapa besar pun upacara ngaben dilaksanakan, jika tak memakai tirta
pangentas maka upacara ngaben tersebut akan sia-sia.
Tirta pengentas yang dibuat khusus sebagaimana disebutkan oleh
pemangku dan tirtha pangentas oleh sang pemangku dipergunakan khusus bagi atman
sang putus atau orang mati yang juga berguna untuk menunjukkan arah / sasaran
perjalanan roh / atma ke alam sunia loka. Oleh karena itu maka tirta pengentas
sebagai objek “cuntaka” karena merupakan sarana bagi orang mati.
Entri Populer
-
Setelah menyanggupi untuk menerima hadiah pernikahan itu, sebenarnya tapel celuluk itu beberapa kali pula menunjukkan wujudnya.
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar